Menyapa Pemuda Papua -->

Advertisement

Menyapa Pemuda Papua

Sabtu, 04 Juli 2009



Kawan hidup adalah perjuangan. 

Tanpa mengurangi rasa hormat, saya mencoba melepaskan ukuran etis yang selalu membatasi ruang hubungan kita. Sekarang, saya ingin menyapa anda kawan, meskipun kita beda secara usia, kedudukan dan sebagainya. Kita adalah kawan, karena dalam suatu perjalanan untuk mencapai revolusi yang ada hanya kawan atau lawam.

Pernahkah kawan berpikir, bahwa setiap bangsa memiliki sejarah yang berbeda? Pikiran itu benar. Tetapi kita akan keliru dan tidak berpikir seperti itu, hanya karena otak kita sudah di cuci didotrin sejak kecil dibangku Sekolah Dasar. Tetapi bila kita sadar, bangun dari doktrin selam ini, kita akan temukan diri kita telah menjadi pihak yang dikorban. Kita bersyukur keluar dan sadarkan diri dari doktrin sejarah yang direkayasa demi kepentingan politik kekuasaan penjahat dan kapitalisme. Yang dimaksud adalah Indonesia dan Amerika... Kalau pernah, pernyataan itu benar, karena Selama ini kita hanya belajar sejarah Indonesia. kita tidak pernah belajar tentang sejarah Papua yang sebenarnya. La;au sampai disini, kita sudah mengerti itu luar biasa. Tetapi masih banyak kawan yang belum mengerti.

Ini tugas kita, kawan meberikan tahukan kebenaran sejarah Papua yang berbeda dengan bangsa lain. Jadi jangan salahkan mereka, mereka masih dininabobokan dengan doktrin dan intimidasi rasinal (berpikir).
Sekarang jaman emansipasi, meskipun pemerintah Indonesia tidak menghendaki emansipasi terjadi di Papua, namun dengan gagah berani rakyat Papua (generasi ini) harus tahu dan berani menyarakan bahwa, sejarah integrasi Papua Barat ke dalam NKRI adalah sejarah yang dibelokkan, yang dibenar-benarkan pihak pemerintah Indonesia.

Indonesia meyakini, Trikora sebagai upaya pembebasan Papua Barat, tetapi apakah sebagai orang Papua menerima hal ini? Mungkin orang yang tidak tahu sejarahnya, atau mereka yang sudah didoktrin percaya dan menerimahnya. Padahal sesuanguhnyaa, nyata bahwa Trikora yang diajarkan di sekolah milik Indonesia sebenarnya tidak sesuai dengan penderitaan yang telah dialami kita punya orang tua. Bilak kita kilas balik, sebenarnya justru orang tua telah mengangkat senjata melawan mati-matian terhadap Indonesia untuk mendirikan negara merdeka. Kawan mari kita, semakin keluar dari doktrinasi Indonesia untuk melihat kita Papua. Ini penting agar keluar dari jerat penyaikt menular yaitu penderitaan ganguan otak akibat pembelokan sejarah Papua
 
Mengapa sejarah kita dibelokkan? Alasan sudah jelas supaya kita mengakui kesatuan historis dan sosial kultural sebagai kesatuan dengan Indonesia. Kemudian Indonesia memiliki alasan untuk menguasai kitong punya alam Papua yang kaya raya itu. Kalau kawan terimah silakan! Tetapi artinya ada semacam virus di memori yang harus discan, biar bersih dari doktrin pembelokan sejarah. Misalnya, kata atau istilah Sabang sampai Merauke yang diciptakan karena ambisi Soekarno menguasai Papua. Hal ini hanya mitos pemersatu untuk membangkitkan semangat tentara Indonesia untuk menggempur habis kita rakyat Papua yang tidak mau tunduk, bertekuk lutut kepada Indonesia.
 
Syukur Alhamdulilah, jikalau kawan pernah mendengar, bahwa Indonesia mencaplok dengan alasan bahwa Papua Barat itu wilayah Indonesia yang sudah diproklamasikan. Pendapat itu bisa di pahami sekedar mau mencari pembenaran atau membenarkan sesuatu yang sebenarnya tidak benar. Proklamasi terjadi 1945, sementara Papua pertamakali di bicarakan tahun 1946, Konfrensi malino. Itupun mebicarkan rencana 15 negara RIS, minus Papua Barat yang menghendaki merdeka sendiri. Jadi itu tidak masuk akal, dan harus di delete dari pikiran kita.

Rakyat Papua memiliki sejarah tersendiri terpisah dengan Indonesia, bahwa orang Papua sendiri telah merdeka pada tahun 1961. tetapi, usianya hanya 18 hari, karena Indonesia dan Amerika telah merebut hak kemerdekaan bangsa Papua, sekarang tanah dikuran habis, masyarakatnya tetap miskin “miskin diatas lumbung emas”. Sementara Indonesia ini belum mampu mensejaterakan rakyatnya sendiri, karena lebih melakukan agenda-agenda kepentingan ideologi neo-liberalisme yang nati rakyat miskin. Jelas sudah musih orang Papua. Kapitalisme yang melakukan ekploitasi dan sistem Kolonialisme Indonesia yang diladalamnya ada rasis, pelanggaran ham (hukumyang tidak memihak orang Papua, pembangunan yang memojokkan adat dan tradisi orang Papua. Ekonomi yang tidak mencerdaskan dan mebuat masyarakat Papua semakin besar sifat keterjantuangannya, kurikulum yang tidak berpihak pada masyarakat. Perampasan terhadap tanah adat dan sebagainya.
 

Apa yang orang Papua rasakan sekarang? Pernah menelan pil pahit atau minum air broto Wali, rasanya pahitkan atau lebih lagi, kawan pernah tertusuk duri tajam. Rasanya sakitkan, dan kalau durinya belum keluar akan bernanah dan berbahaya. Itulah kondisi bangsa Papua Barat saat ini, sebelum bisa menguasai segala aspek hidup dan sebelum merasakan nikmatnya kemerdekaan selagi Indonesia belum sistem yang menjajah dari tahah Papua, yakin orang Papua akan terus tertindas karena memang itulah cita-cita penindas yang menguasai hukum, ekonomi, politik dan lainnya.
 

Barangkali bagi penguasa lokal yang tidak lain adalah pengikut dan penjilat dubur (maaf agak kasar), mereka akan hidup makmur mudah bebas dari jeratan hukum, tetapi mereka sudah seperti ular yang di pegang ekornya tidak bisa lari kemana-mana, suatu saat siap di cekik, bilah tidak menuruti kemauan negara untuk mempertahankan Papua dalam kekuasaan Indonesia. Ini pilihan dalam revolusi. Jadi kawan atau lawan!

Pertanyaannya, Indonesia dong kenapa terus mempertahankan Papua Barat? Sudah di singgung di atas, bahwa sebenarnya alasannya adalah ekonomi politik. Itu saja. Lihat kita punya hutan, sungai laut dan emas yang banyak. Sudah mereka ambil sebagian kecil, mereka sudah gunakan untuk membangun Jakarta, memberi makan jutaan orang Indonesia, sementara kita hanya menikmati pertengkaran, pembodohan, kemiskinan. Itu yang kita rasakan. Ingat bahwa saat ini kekayaan alam masih luas yang belum diperas.


Kawan pasti bertanya, mengapa Amerika dengan mudahnya menyerahkan Papua Barat kepada Indonesia? Karena kita punya kekayaan itu membuat Amerika tergiur dan mau membantu Indonesia, memasukkan Papua Barat kedalam Indonesia. Amerika dapat jatah, mengelola Freeport, perusahaan emas terbesar kedua di dunia menjadi milik Amerika. Amerika menikmati hasilnya, Indonesia mendapat ampasnya dan kita dapat tahinya yang mengadung bibit penyakit mengadung penderitaan, pengorbanan yang penuh dengan pertumpahan darah membuat Bangsa Papua semakin habis dan bisa jadi punah. Ini yang diharapkan negara penghisap darah seperti Amerika dan anteknya.
 

Indonesia punya alasan datang ke Papua, begini; waktu dulu sekali kira-kira abad 7 ketika Sriwijaya berjaya dan abad 14 waktu kerajaan Maja Pahit berjaya, Papua Barat sudah menjadi daerah taklukan mereka. Ini jelas tidak masuk akal. Negara Indonesia tidak sama dengan negara kerajaan Majapahit maupun Sriwijaya jadi, jelas ini penipuan, Nama Indonesia segabai geografis dikemukakan oleh A Bastian tahun 1850, menjadi wacana politik 1928 dan menjadi negara 1945 itu pun masih melalui perjanian Roroyen, Renvil dan pengakuan Indonesia RIS 1949 tanpa Papua Barat, sementara sebaai kesatuan Indonesia baru terjadi 1950. Sementara Indonesia datang ke Papua karena dianeksasi melalui Trikora 1963 dan secara resmi versi INA pada Pepera 1969. Jadi, mengklaim Papua atas dasar dua kerajaan diatas itu tidak masuk akal dan merupakan penipuan sejarah.
Kemudian Indonesia dong bilang lagi, semua daerah jajahan Hindia Belanda harus diserahkan kepada Indonesia. Kenapa tidak ambil juga daerah …... Saya mau tanya, apakah kita punya orang Papua pernah merasa di jajah oleh Belanda. 


Menurut buku, kalau kita baca buku sejarah yang tong punya kakak-kakak dan teman-teman dong tulis, justru orang tua dong angkat senjata melawan Indonesia. Kita coba ingat kembali sejarah yang pernah diajarkan di sekolah milik Indonesia, yang kita pelajari perlawanan terhadap Belanda hanya terjadi di Ambon, di Jawa dan daerah lainnya untuk mendirikan negara Indonesia? Waktu tahun 1940-an waktu pengaruh Indonesia dan Belanda berlomba di Papua. Orang Papua melakukan perlawanan, terhadap Indoneisa. 

Strategi mereka, kelompok Pertama mendekati Indonesia dengan harapan setelah Belanda pulang Indonesia sebagai negara anti kolonialis akan memberikan kemerdekaan pada Papua. Namun nyatanya tidak terjadi dan mereka balik melawan Indonesia. 

Kedua, mereka yang pro Belanda berjuang bersama Belanda menghambat pengaruh Indonesia yang berambisi merampas Papua Barat. Mereka bersama Belanda telah menyiapkan negara yang kemudian telah merdeka pada tahun 1 Desember 1961 namun di hancurkan oleh Indonesia, karena kelalayan Belanda dan PBB Amerika yang punya ambisi menguasai alam Papua Barat. 

Ketiga, adalah kelompok yang tidak memihak Indonesia ataupun Belanda. 

Ketiga kelompok ini akhirnya bersatu ketika menjelang Perjanjian New York 1962 dengan berjuang mendesak kepada PBB untuk mengakui kemerdekaan Papua, namun PBB lalai dan lebih berpihak kepada Indonesia yang melakukan intimidasi kepada perwakilan PBB di Papua Barat waktu itu.

Tetapi yang jelas, orang Papua tidak pernah datang ke Jawa berjuang untuk mendirikan negara Indonesia di Jawa dan orang Papua tidak pernah berjuang untuk medirikan negara Indonesia di Papua. Indonesia yang datang ke Papua untuk mendirikan negara Indonesia di Papua dengan mengajak orang Papua yang tidak kritis dan memaksa orang yang tidak mau tunduk kepada Indonesia. Mati atau hidup ikut Indonesia, ikut Indonesia atau mati. Sama saja. Tidak pernah ada pilihan mau ikut Indonesia atau mau mendirikan negara sendiri. Karena bila pilihanya mendirikan negara sendiri so pasti jawaban Indonesia adalah mati, ditembak, perutnya dibelah, leher dipotong, dicekik hingga alat kelaminnya di potong. Bahkan juga diikat dan di buang ke dalam air ada juga diterbangkan dengan pesawat kemudian dilemparkan ke hutan atau di isi dalam karung di ikat pemberat pada karung kemudian dibuang ke dalam laut/rawa atau dusuruh gali liang kubur sendiri dan kemudian ditembak mati. Dikubur entah sudah mati atau masih hidup atau disuruh makan racun. Semua motif pembunuhan seperti ini sudah dilakukan kolonial Indonesia terhadap rakyat Papua sejak tahun 1963.
 
Suatu kebanggaan bagi kita nilai semakin mengerti bahwa selama ini sudah dibodohi, kita buta dengan sejarah yang benar menurut orang Papua. Yang belum mengerti, sebenarnya belum terlambat, bila saat ini kita cari buku tentang sejarah Papua dan mencari tahu tentang kebenaran sejarah orang Papua Barat. Makanya gunakan kita punya uang untuk beli buku dan di baca. Tetapi itu saja tidak cukup, karena itu kita harus rajin-rajin membentuk kelompok diskusi, atau berdiskusi, kemudian aksi. Ingat bahwa Orang lain tak akan mampu membangun Papua sesuai dengan keinginan orang papua sendiri, jika mereka tidak memahami sejarah, antropologi, budaya, ekonomi politik, hukum dan sebagainya yang ada di Papua Barat.
 
Kawan, terima kasih atas kesediaannya membaca tulisan ini dan catatan ini hadir  bukan maksud menggurui, dan bukan berarti saya yang paling benar. Saya percaya kita yang sedang membaca ini lebih hebat. Sepenggal catatan ini hadir hanya membagi pengetahuan, sering informasi cerita yang hampir dimatikan oleh Indonesia yang membuat kita semakin bodoh dan sebenarnya membuat kita tidak peduli dengan sejarah Papua, sejarah bangsa kita sendiri.
 
Mungkin juga, karena kita malas tahu dengan sejarah bangsa kita sendiri. Saat ini yang terjadi, kita diadu domba dengan berbagai persoalan, misalnya otonomi daerah, pemekaran dan yang paling merasa berhasil adalah pecahnya perang suku yang sebenarnya tidak pernah terjadi selama beribu tahun kebelakang. Kasus di Timika ini mungkin yang pertama kalinya.
 
Bertitik tolak dari refleksi sejarah yang di rekayasa, Papua yang menjadi ladang kepentingan imperialis, Sepenggal catatan ini hanya pembelajaran, media ekspresi untuk memberi dan membuka wacana tentang kebohongan rezim neo-lipberalisme dan watak kolonialisme yang berkuasa di Indonesia dan antek-anteknya. Kaum muda harus paham dan mau bersatu melawan penindasan. Dengan seruan, lawan…lawan dan lawan. 


Akhir kata, mari bersatu melawan penindasan, Bravo Pemuda pelajar Progresif!

Keteguhan hati adalah modal utama untuk, mengahadapi tantangan, menuju pembebasan.

Kita adalah korban penipuan pemerintah Amerika dan Indonesia yang melakukan persekongkolan untuk menguasai emas di Papua Barat.
Persatuan tanpa batas dan dengan kebenaran sang Bintang Kejora, bayonet penjajah akan tidak berarti.

“Tanpa membaca, berdiskusi dan aksi, hidup rasanya kering”

“Bangunlah Kaum yang lemah. Bangunlah kaum yang tertindas. Bangunlah Pemuda Pemudi Papua Barat. Bangkit melawan kekerasan di tanah airmu, Papua Barat adalah jiwamu. Papua Barat adalah ragamu”
Teruslah melawan sampai menang

Di Ujung bayonet (mu)
Terukir jejak langkah majumu,
Di ujung bayonetku
Terukir sejarah dan bentuk pembebasanku.
 

( Fransisco Borja, 1975 )