Wajah Genoside di Papua -->

Advertisement

Wajah Genoside di Papua

Selasa, 04 Agustus 2009

Ingatan kolektif pengalaman buruk bersama militer Indonesia di Papua tidak pernah terlupakan oleh orang Papua, bahwa dalam seluruh pengalaman buruk dan pahit oleh militer Indonesia, orang Papua diperlakukan bukan sebagai manusia, melainkan hanya sebagai objek, yaitu objek operasi militer..

Dalam operasi militer di tahun 1977-1978 adalah operasi militer paling buruk dan menyakitkan bagi orang Papua. Dalam setiap operasi militer masyarakat di bunuh dan dibantai. Di daerah selatan Jayapura yang berdekatan diterjunkan 10.000 orang tentara setelah membombardir dari udara oleh dua pesawat Bronco. Dalam penyerangan ini, diperkirakan 1.605 di wilayah itu tewas.

Negara tidak pernah mau bertanggungjawab atas sejumlah pelanggaran HAM di Papua. Begitupun dengan di Aceh, Tanjung Priok., pembunuhan terhadap Theys Hiyo Eluai diera Megawati Sukarno Putri. Bahkan Pengasutan Kematian Aktivis HAM Munir lamban dituntaskan akibat ketidak seriusan aparat terkait ”BIN” dalam membuka masalah ini.

Indonesia sudah merdeka? Tunjukan kemandirian bangsa dalam melindungi rakyat. Begitu juga tunjukan ketidaksetujuan Indonesia terhadap Bangsa Papua. Daripada ketidaksetujuan itu hanya ada dalam irama pembantaian dan pemusnahan RAS (Genosida). Sekarang pembunuhan itu semakin diperhalus melalu Biomiliterisme.

Kematian dan menurunnya produktifitas karena kekerasan akibatnya penduduk asli Papua tidak bertambah banyak, saat ini berjumblahnya 1,2 juta jiwa, penduduk pendatang 1,3 juta jiwa ini yang terdata. Tidak termasuk penduduk luar yang setiap minggu datang melalui kapal putih dan belum terdata. Sedangkan jumlah militer di tanah Papua menurut Pangdam XVII Trikora yang terdata sekitar 70.000 jiwa (Wartawan Suara Perempuan).

Jelas sudah orang Papua menuju kepunahan! 
Bahwa sekarang di era otonomi ini, pembunuhan terhadap orang Papua lebih diperhalus melalui Bio-militerisme. Aksi Bio-militerisme dilakukan melalui makanan, minuman, rokok yang di jual di warung dan kios-kios di Papua, bahkan di pedalaman Papua masih ada peredaran obat yang sudah keadaluarsa. Hal ini makin membuat masyarakat Papua sangat resah.

Satu hal yang sangat mengkhawatirkan adalah penyebaran HIV/AIDS. Sampai sekarang ini berdasarkan data Dinas Kesehatan Papua mencatat hingga 2007 jumlah penderita HIV/AIDS sudah mencapai lebih dari 3.000 jiwa.

Jika kita melihat pola aksi terselubung ini, makin membuktikan jika rakyat Papua adalah sapi perah negara-negara kapitalis yang diperbantukan imperialis.

Tanpa niat politik yang baik, tak akan ada kemajuan bangsa!!

*Photo: rwanda-genocide-skulls (Ist)