Review Film: Marshall - Pengacara Muda Kulit Hitam Handal -->

Advertisement

Review Film: Marshall - Pengacara Muda Kulit Hitam Handal

Jumat, 12 Januari 2018

Sekalipun agak garing dengan romansanya, tapi pesan moralnya tidak berkurang sama sekali untuk film Marshall 2017.

Memang beberapa minggu akhir ini saya lagi rajin bersantai-ria menonton film, yang menurut saya bagus. Film yang terakhir saya nonton adalah "Marshall", yang berjuang untuk kebenaran dan dan tanpa pamrih karena dia adalah seorang pengacara publik.

Film yang disutradari oleh Reginald Hudlin ini buat saya penasaran sejak akhir tahun 2017. Reginald sendiri sudah diakui sebagai seorang penulis yang handal, bagaimana dia memakan habis 20 lebih buku dalam bentuk komik hingga menjadi produser Grammy, kontes paling bergengsi di Hollywood.

Dalam biografi Marthin Luther King disebutkan salah satu polopor perlawanan terhadap diskriminasi di Amerika pada masa itu salah satunya adalah Thurgood Marshall ini.

Film Marshall ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang menceritakan tentang seorang pegawai Mahkamah Agung yang juga menjadi Mahkamah Agung pertama berdarah Afrika-Amerika pertama, Thurgood Marshall. Awalnya Marshall adalah, seorang pengacara publik untuk Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP) didirikan pada tahun 1909.

Bergenre biografi thriller, sang Marhall yang diperankan oleh aktor Chadwick Boseman yang mengalir tanpa ragu. Dari penampilan hingga wibawanya Thurgood  tidak hilang di Film ini.

Marhall yang diperankan oleh aktor Chadwick Boseman (Sumber foto: Screenshot/Vimeo)

Film ini berfokus bagaiamana sang pengacara ini  berjuang untuk memenangkan kasus tuduhan diperkosa oleh seorang pembantu kulit hitam, Joseph Spell. Seorang sosialita kaya Eleanor Strubing menuduh sopir kulit hitam Joseph Spell melakukan kekerasan seksual dan percobaan pembunuhan. Dia bekerja sama dengan Sam Friedman, pengacara Yahudi setempat yang tidak pernah menangani kasus pidana. Bersama-sama, kedua pria itu berusahan menemukan bukti hingga berdebat sambil bertengkar soal pandangan rasisme.

Sesungguhnya dada saya sesak ketika menyakikan beberapa adegan, seperti oleh hakim dilarang berbicara lantaran dia seorang kulit hitam.

Dalam film ini Marshall cukup sukses dalam memecahkan sebuah kasus yang menurut saya cukup sulit ditangani.

Cerita awal film ini bermula pada saat Thurgood Marshall sebelum ia bergabung dalam Mahkamah Agung pertama berdarah Afrika-Amerika pertama hingga ia meraih kesuksesannya dalam kasus Brown V. Board of Education pada tahun 1954.

Kasus Brown V. Board of Education merupakan kasus dimana pengadilan mendeklarasikan undang-undang negara bagian yang menetapkan sekolah umum terpisah bagi siswa berkulit hitam dan siswa berkulit putih. Kasus ini merupakan salah satu kasus diawal karirnya.

saya pikir sobat yang baca ulasan ini bisa saksikan kelanjutannya di film Marshall. Soal narasi film ini patut diancungi jempot. Oh iya, karena indonesia tidak dirilis di bioskop jadi saya menyaksikan film ini situs streaming online.